EconPapers    
Economics at your fingertips  
 

Perdagangan Antardaerah, Distribusi, Transportasi, Dan Pengelolaan Stok Komoditas Pangan Strategis Di Indonesia

Masagus M Ridhwan, Ibrahim, Fiskara Indawan and Indriani Karlina
Additional contact information
Ibrahim: Bank Indonesia
Fiskara Indawan: Bank Indonesia
Indriani Karlina: Bank Indonesia

No WP/08/2012, Working Papers from Bank Indonesia

Abstract: Studi ini merupakan bagian dari topik besar riset Kajian Pangan Strategis yang mempunyai tujuan utama adalah: (1) untuk mengkaji pola perdagangan komoditas pangan strategis antar daerah di Indonesia, dan (2) untuk melakukan pemetaan lebih lanjut terhadap perilaku pedagang khususnya yang terkait dengan aktivitas distribusi, sistem tata niaga dan pengelolaan stok (inventori), serta peranan pemerintah dan masyarakat yang dapat mempengaruhi ketersediaan pangan antar daerah. Inovasi baru dari riset ini dibandingkan dengan riset sebelumnya (untuk kasus Indonesia khususnya) terutama pada: (1) pendekatan analisa yang berorientasi pada pergerakan barang (mobilitas), sehingga faktor keterkaitan antar daerah menjadi sangat penting daripada melihat perdagangan yang cenderung statis dan seolah-olah antar daerah berdiri sendiri (separated); (2) survei dengan responden terbesar dan menggunakan teknologi satelit (global positioning system/GPS) sehingga dapat memantau mobilitas responden (pedagang) secara akurat; serta (3) sejumlah fokus riset yang dapat berkontribusi riil terhadap literatur dan pembuatan kebijakan, seperti: perilaku stok, dll. Mengingat hingga saat ini data sekunder yang diperlukan untuk mencapai tujuan riset dimaksud belum tersedia, studi ini selanjutnya bertumpu pada metode survei lapang yang dilakukan terhadap hampir 15 ribu responden yang mencakup pedagang, petani, industri, lembaga pemerintah, dan masyarakat yang tersebar di 31 Propinsi dan 429 Kabupaten/Kota di seluruh nusantara. Penelitian ini juga difokuskan pada 5 komoditas pangan strategis (beras, gula pasir, minyak goreng, bawang merah dan cabai merah) yang bukan hanya merupakan makanan pokok masyarakat, juga dampaknya terhadap inflasi dan kesejahteraan ekonomi secara umum. Dari hasil survei lapang tersebut, diperoleh sejumlah temuan penting sebagai berikut. Pertama, perdagangan komoditas dimaksud cenderung sangat terkonsentrasi tinggi di Pulau Jawa, terutama disebabkan oleh faktor produksi seperti: lahan yang subur, infrastruktur pertanian yang mendukung, dan relatif tingginya produktivitas tenaga kerja, sementara dari faktor ekonomi terutama berkaitan dengan ukuran pasar (demand yang besar), jaringan pemasaran yang kuat, serta infrastruktur distribusi yang relatif lebih memadai dibandingkan dengan di luar Jawa. DKI Jakarta dan Surabaya merupakan pasar induk yang menjadi referensi/barometer bagi daerah lain khususnya dalam penentuan harga jual di pasar setempat. Khusus minyak goreng, meskipun bahan bakunya berasal dari luar Jawa, namun karena industri pengolahannya berada di Jawa (Jabodetabek dan Jawa Timur), maka sentra perdagangannya juga berada di daerah tersebut. Diantara 5 komoditas dimaksud yang diteliti, hanya minyak goreng ini yang merupakan komoditas ekspor, sedangkan komoditas lainnya relatif memerlukan pasokan dari impor. Kedua, dari sisi penetapan harga jual, mayoritas responden (sekitar 65%) menyatakan harga jual yang ditetapkan dilakukan dengan mengikuti harga jual pasar, pesaing dan harga internasional relatif lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pokok penjualan plus margin keuntungannya. Penetapan harga “ikut-ikutan†ini dapat mengindikasikan terjadinya spiralling effect pada harga jual, yang selanjutnya dapat mendorong terjadinya persistensi inflasi. Kondisi ini juga sejalan dengan temuan survei yang mengkonfirmasikan bahwa struktur pasar di tingkat produsen cenderung oligopsoni, sedangkan di tingkat konsumen, struktur pasar yang cenderung oligopolistik. Ketiga, guna mengoptimalisasi keuntungannya, mayoritas pedagang cenderung menggunakan strategi “mengatur waktu†dalam pengendalian stoknya, yaitu kapan waktu untuk mengakumulasi, menahan dan melepas stok dagangannya. Umumnya untuk beras, pada musim rendengan (Maret-Agustus), pedagang cenderung tidak menahan stoknya mengingat pada musim tersebut umumnya stok beras cenderung tersedia di pasaran. Namun, pada musim gadu (September-Februari) dimana produksi domestik relatif terbatas, pedagang dapat menggunakan strategi manajemen stoknya untuk mengendalikan harga pasar dan sekaligus memperoleh keuntungan yang maksimal. Keempat, berdasarkan hasil analisis statistik yaitu Moran’s I diketahui adanya indikasi klaster harga spasial antar kabupaten/kota di daerah yang secara geografis berdekatan, yaitu klaster daerah dengan harga tinggi-tinggi dan klaster daerah dengan harga rendah-rendah. Informasi ini juga mendukung temuan sebelumnya dengan fenomena harga copy-cat (ikutikutan). Selanjutnya, dengan model gravitasi sederhana yang diaplikasikan pada data hasil survei ini, diketahui bahwa intensitas perdagangan secara signifikan dipengaruhi oleh hubungan jarak geografis khususnya antar daerah yang berbatasan langsung secara geografis.

Keywords: Spatial Distributions Of Economic Activity Including Economic Geography; Interregional Trade; Transportation (search for similar items in EconPapers)
JEL-codes: R12 R14 (search for similar items in EconPapers)
Pages: 76 pages
Date: 2012
References: Add references at CitEc
Citations:

Downloads: (external link)
http://publication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP082012.pdf First version, 2012 (application/pdf)

Related works:
This item may be available elsewhere in EconPapers: Search for items with the same title.

Export reference: BibTeX RIS (EndNote, ProCite, RefMan) HTML/Text

Persistent link: https://EconPapers.repec.org/RePEc:idn:wpaper:wp082012

Access Statistics for this paper

More papers in Working Papers from Bank Indonesia Contact information at EDIRC.
Bibliographic data for series maintained by Lutzardo Tobing ( this e-mail address is bad, please contact ) and Jimmy Kathon ().

 
Page updated 2025-04-09
Handle: RePEc:idn:wpaper:wp082012