makalah tumpang sari
Sehat Hamin Harahap
No mnzyu, INA-Rxiv from Center for Open Science
Abstract:
Produksi jagung manis Nasional dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Diakhir tahun 2000 yaitu 9.344.926 ton sedang diakhir tahun 2002 yaitu 9.277.258 ton ( Marzuki, 2002). Demikian juga untuk daerah Riau mengalami penurunan produksi dimana akhir tahun 2002 produksinya 38.588 ton, sedangkan pada tahun 2001 produksi mencapai 39.467 ton. Berdasarkan survey yang telah dilakukan pada beberapa pedagang dan penjual di pasar, dan tempat keramaian lainnya diperoleh informasi bahwa kebutuhan jagung manis setiap harinya mencapai 8000 - 10.000 tongkol pada hari – hari biasa, sedangkan pada hari libur atau pada malam hari, dan pada hari minggu kebutuhan dapat mencapai 12.000 tongkol ( Badan Pusat Statistik, 2003 ). Jagung manis sesuai dengan namanya memiliki kadar gula yang cukup tinggi yaitu 5 – 6 % ( Palungkun, 1995 ), sehingga rasanya lebih manis dari jagung biasa, namun ada juga varietas lokal yang memiliki kadar gula 9 – 11 %, sedangkan vaitas Hybrid Super Sweet Corn memiliki kadar gula 16 – 18 % ( Siswono, 2004 ). Tanaman jagung manis biasanya dikonsumsi pada waktu masih segar dan muda, karena apabila jagung waktu pemanenannya terlalu tua, maka jagung tersebut rasanya tidak manis lagi dan kualitas akan menurun. Untuk memperoleh hasil biji yang lunak dan manis jagung harus dipanen pada fase masak susu sebelum masak tua karena kandungan gula masih tinggi. Jagung manis yang dipanen terlalu tua akan memiliki kandungan gula rendah dan biji akan keriput. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003).
Date: 2018-04-29
New Economics Papers: this item is included in nep-sea
References: Add references at CitEc
Citations:
Downloads: (external link)
https://osf.io/download/5ae6db5b7d11e400118075bc/
Related works:
This item may be available elsewhere in EconPapers: Search for items with the same title.
Export reference: BibTeX
RIS (EndNote, ProCite, RefMan)
HTML/Text
Persistent link: https://EconPapers.repec.org/RePEc:osf:inarxi:mnzyu
DOI: 10.31219/osf.io/mnzyu
Access Statistics for this paper
More papers in INA-Rxiv from Center for Open Science
Bibliographic data for series maintained by OSF ().